Butuh lebih dari sekedar keberanian untuk mau memulai segalanya dari nol lagi.
Bukanlah hal ringan ketika seluruh diri dilangkahkan keluar zona nyaman.
Apalagi untuk seorang lelaki yang pada pundaknya tertumpang sekian beban.
Memulai dari awal, berarti menjadi miskin lagi –meski ia belum pernah kaya.
Namun beginilah, seringkali hidup menghadapkannya pada pilihan-pilihan yang nampaknya mereduksi satu sama lain.
Banyak bibir yang ia inginkan tersenyum oleh upayanya.
Maka tetap, suka atau tidak, ia harus memutuskan : pilihan mana yang kiranya akan lebih menenangkan jiwa-jiwa lain yang ia kasihi.
Akhirnya ia berhijrah. Melemparkan dirinya kepada ketidakpastian baru.
Satu hal yang pasti adalah, ia terus bergerak, meski belantara yang ia tapaki benar-benar asing.
Ia kumpul-kumpulkan keberanian, menduga-duga monster macam apa yang bersembunyi di balik gelondong-gelondong pohon yang gelap, yang bahkan bersatu dengan bayang-bayang.
Sembari mendengarkan sekitar, barangkali ia temukan mata air yang mungkin dapat menyejukkan dahaganya.
Lelaki itu sadar betul, perkara-perkara sulit hanya diperuntukkan bagi mereka yang tak pernah lari dari pertanyaan. Itu sebabnya ia terus melangkah, memungut satu persatu mozaik hidupnya yang terserak di belantara itu, untuk melengkapi puzzle raksasa yang masih berantakan. Benar-benar tidak mudah. Tidak ada yang mustahil baginya, meski dari titik nol dari tempat ia berdiri sekarang, segalanya terlihat jauh, tampak angkuh dan serasa tak terengkuh.
Ia sudah tekadkan untuk tetap berjalan dengan berani, memperpendek jarak antara dirinya dan sebuah kepastian berisi senyuman.