http://xevyex.blogspot.com Let's We Know... »» (?)

Ikhlas

Ikhlas menurut bahasa adalah tulus hati, membersihkan hati dan memurnikan niat. Sedangkan menurut istilah berarti mengerjakan amal ibadah dengan niat hanya kepada Allah untuk memperoleh ridha-Nya. Pengertian lain adalah mentauhidkan dan mengkhususkan Allah sebagai tujuan dalam berbuat taat kepada aturan-Nya. 
Melalui pemahaman tersebut, tersimpul bahwa ikhlas merupakan syarat mutlak diterimanya amal. Perhatikannlah Q.S Al Bayyinah 98 : 5 



Setiap perbuatan manusia dimulai dari gerak hati atau niatnya, karena yang ahrus diluruskan pertama kali agar tercapai derajat mukhlisin adalah titik awal dari gerak atau niat manusia.
Melalui niat yang baik, menjadi awal perbuatan baik. Begitu pula niat yang ikhlas, akan mengantarkan ke perbuatan yang ikhlas pula. Bila tingkatan yang terkahir ini mampu dicapai manusia, maka akan muncul adalah kebersihan hati dan ketulusan jiwa, sehingga tidak ada satu pekerjaan pun yang dirasakan sebagai beban.




Berkaitan dengan kata ikhlas, orang-orang terkadang seringkali mencari definisi atau pengertian tentang ikhlas dengan logika yang terbatas, dan memaksakan agar dirinya seakan-akan telah paham tentang ikhlas tersebut. Padahal kita tahu dengan logika, akal, akal dan rasio, adalah sama seperti mata kita terbentur kepada keterbatasan, sebagai contoh kita memandang laut dan langit, sejauh mata memandang seolah-olah keduanya bersatu, akan tetapi kenyataannya tidak begitu, inilah dikarenakan oleh keterbatasan panca indera kita.
Dari berbagai macam fenomena yang ada terlihat, bahwa masyarakat kita selalu mencari persamaan-persamaan tentang arti ikhlas secara sembarangan tanpa bersandar pada dalil-dalil yang telah ada, padahal kita percaya bahwa Al Qur’an merupakan suatu standar baku buat pedoman orang-orang yang beriman. Oleh karenanya, kita seringkali terjebak pada norma-norma umum yang menjadi tradisi, atau kebiasaan walaupun terkadang sangat jauh dari kebenaran yang hakiki.


Seperti yang dikemukakan oleh Sayidina Ali, “Ya Allah aku mengabdi kepadaMu bukan karena aku takut kepada neraka-Mu, bukan pula aku rakus terhadap surga-Mu, melainkan aku mengabdi kepadaMu, karena memang Engkau pantas untuk kuabdi”.


Beberapa contoh menurut ahli tauhid

a. Apabila seseorang sedang melakukan tawaf lalu terbesit dihatinya ingat kepada orang lain, yaitu anak isteri, harta benda, perusahaan, sawah dan ladang, maka tawafnya dianggap gugur, karena sesungguhnya Allah tidak ingin diduakan (disekutukan) dalam pengabdian atau peribadahan tadi;
b. Apabila seseorang yang mengamalkan hartanya karena ingin mendapat pujian, maka amalannya gugur seperti debu terbang ditiup angin;
c. Imam dalam salat terbesit dihatinya ingin dianggap jamaahnya sebagai sebagai akhli Al Qur’an dengan membaca surat dengan ayat-ayat yang panjang, maka inipun salatnya dianggap gugur;
d. Seseorang yang berdzikir secara masal, kemudian menangis secara bersama-sama agar dianggap orang yang khusuk beribadah atau dianggap akhli dzikir, maka ini bukan saja gugur tetapi sudah mengarah ke riya, sedangkan riya adalah semi syirik dan syirik berlawanan dengan ikhlas.
Apabila kita telusuri dari berbagai uraian dan contoh di atas, bahwa ikhlas adalah merupakan sesuatu yang pada hakikatnya kembali kepada Allah bersandar kepada Allah, sehingga Iblis takut kepada hamba-hamba yang muklis yang senantiasa berserah diri dengan bersandar kepada Allah dan Iblis tahu bahwa Allah adalah zat yang Maha Tinggi tiada tara.
Sangat sukar bagi Iblis untuk menyesatkan (menggoda) hamba-hamba Allah yang ikhlas, karena ciri-ciri orang yang ikhlas meliputi, bahwa :
- Ia tidak pernah berharap selain kepada Allah;
- Ia beribadah dan beramal hanya untuk Allah semata;
- Ia tidak mengenal yang namanya pamrih atau upah;
- Ia tidak berharap populer atas amal ibadahnya;
- Ia tidak pernah ingin merasa dipuji orang;
- Ia tidak pernah merasa kecewa terhadap apa-apa yang sekiranya pernah menyakitkan bagi dirinya; dan juga
- Ia tidak mudah bangga apabila disanjung atau dipuji.

Rasul dan Nabi yang amalannya selalu ikhlas, dan tidak pernah berharap sedikitpun terhadap apa yang dirisalahkannya, sebagai contoh Nabi Ibrahim a.s misalnya, ia yang begitu tegar dalam menghadapi musuh-musuhnya walaupun dibakar api sekalipun, diperintahkan menyembelih putranya yang tercinta (Ismail), Nabi Ibrahim a.s dengan ikhlas patuh terhadap apa yang telah diperintahkan Allah SWT kepadanya, walaupun Iblis sempat menggoda tapi akhirnya Iblis menyerah kalah, dalam percontohan ini jelas bahwa Iblis tidak akan pernah bisa menyesatkan (menggoda) hamba-hamba Allah yang Ikhlas.
Dari pengalaman-pengalaman para pembawa risalah yang antara lain telah diuraikan di atas, marilah kita belajar ikhlas dimana saja, kapan saja serta kepada dan bersama siapa saja.






Keutamaannya



1. Barangsiapa memberi krn Allah menolak krn Allah mencintai krn Allah membenci karena Allah dan menikah krn Allah maka sempurnalah imannya. {HR. Abu Dawud}
2. Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak memandang postur tubuhmu dan tidak pula pada kedudukan maupun harta kekayaanmu tetapi Allah memandang pada hatimu. Barangsiapa memiliki hati yg shaleh maka Allah menyukainya. Bani Adam yg paling dicintai Allah ialah yg paling bertakwa.
3. Barangsiapa memurkakan Allah utk meraih keridhaan manusia maka Allah murka kepadanya dan menjadikan orang yg semula meridhoinya menjadi murka kepadanya.

Namun barangsiapa meridhokan Allah dalam kemurkaan manusia maka Allah akan meridhoinya dan meridhokan kepadanya orang yg pernah memurkainya sehingga Allah memperindahnya memperindah ucapannya dan perbuatannya dalam pandanganNya.
4. Barangsiapa memperbaiki hubungannya dgn Allah maka Allah akan menyempurnakan hubungannya dengan manusia. Barangsiapa memperbaiki apa yg dirahasiakannya maka Allah akan memperbaiki apa yg dilahirkannya .
5. Seorang sahabat berkata kepada Rasulullah Ya Rasulullah seseorang melakukan amal dengan dirahasiakan dan bila diketahui orang dia juga menyukainya {merasa senang}. Rasulullah Saw berkata Baginya dua pahala yaitu pahala dirahasiakannya dan pahala terang-terangan.